Dampak Psikologis Anak Korban Merapi


MAGELANG (KRjogja.com) – Paska Gunung Merapi meletus sejak Selasa (26/10) kemarin, anak-anak pengungsi di Magelang terindikasi mengalami gangguan psikologis. Kebanyakan diantaranya mengalami trauma saat erupsi berlangsung. Demikian dikatakan, Herry Hikmat, Direktur Pelayanan Sosial Anak Kementrian Sosial RI, ditemui di salah satu tempat pengungsian di Kecamatan Dukun, Magelang Minggu (31/10).

"Saya melihat ketika ada suara gemuruh yang terlalu kencang, anak-anak langsung berlari. Padahal, mereka sebelumnya bermain dengan teman-temannya. Ini sebuah indikasi, jika mereka mengalami gangguan psikologis," katanya.

Meski begitu, pihaknya menganggap hal tersebut wajar. "Bagaimana tidak trauma. Ketika mereka tidur lelap tiba-tiba dibangunkan dan diajak berlarian. Hal ini tentu akan menggagu pikiran mereka," tegasnya.

Untuk itu, ribuan anak yang tinggal di kawasan Gunung Merapi seperti di Sleman, Magelang, Klaten dan Boyolali membutuhkan pendampingan secara khusus. Kementrian sosial, telah menerjunkan 95 pekerja sosial (peksos) ke berbagai wilayah yang terkena dampak letusan Gunung Merapi, guna penanganan trauma anak atau gangguan psikologis.

"Jumlahnya nanti akan kita sesuaikan dengan jumlah anak. Saat ini yang terdata baru di Magelang 1645 anak dan di Sleman ada 1600 anak. Untuk Klaten dan Boyolali, masih kita data," terangnya.

Sementara itu, proses pendampingan yang akan dilakukan, berupa pemberian stimulan kepada para anak korban bencana merapi untuk melupakan trauma sembari menumbuhkan potensi anak. Diantaranya mendirikan pondok anak ceria.

"Kita juga sediakan alat untuk menulis dan beberapa peralatan belajar lainnya. Kita bikin mereka senyaman mungkin agar mereka bisa melupakan kejadian yang baru saja menimpanya," tuturnya. (Bag)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar